HALAL BIHALAL CIVITAS AKADEMIKA POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Jakarta, 17 April 2024. Keluarga besar Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II melaksanakan kegiatan Halal Bihalal dalam rangka mempererat tali silaturahmi pasca Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H. Dr. Reni Chaerani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom, selaku Direktur menyampaian sambutan berisi tentang peningkatan etos kerja yang dilandasi dengan niat ibadah kemudian pererat silaturahmi dan bangun komunikasi yang baik antar seluruh jajaran dari tingkat pimpinan hingga pegawai secara umum.

Halal Bihalal diisi dengan pencerahan tentang makna silaturahmi dan bagaimana menjadi manusia yang baik disisi Alloh SWT, sebagaimana dalam Alqur’an surat At-Tin ayat: 4 “Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”, materi disampaikan oleh Ustadz H. Badruzzaman. Kegiatan ini memang tidak ada anjuran apalagi dalil yang mendukung, namun hal ini menjadi kegiatan positif bagi masyarakat Indonesia khususnya. Kita lihat saat Idul Fitri tiba, masyarakat berbondong-bondong melakukan mudik ke kampung halamannya masing-masing walau dengan pengorbanan yang begitu besar dan berat, hal ini tidak menyurutkan niat bagi sebagian masyarakat kita untuk bersilaturahmi berjumpa dengan keluarga, sahabat serta kerabat, terbukti sudah puluhan tahun masih berlangsung hingga saat ini walau dalam perjalanan harus berpacu dengan kemacetan ditengah terik mentari yang menyengat.  Memaknai silaturahmi itu sendiri mengacu pada beberapa hadist yang artinya “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara.” (HR Bukhari). Selanjutnya Dalam riwayat lain, Aisyah juga meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: “Kekerabatan itu berada di arsy, ia berkata, ‘siapa yang menyambung ku niscaya Allah akan menyambungkan kepadanya (kebaikan), dan siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus darinya (kebaikan).'” (HR Bukhari dan Muslim). Dari cuplikan hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa silaturahmi itu menjadi penting karena manusia sebagai makhluk sosial yang setiap waktu ber-interaksi dengan sesama tentunya dapat menimbulkan goresan melalui kata-kata atau lainnya sehingga menyinggung perasaan dan lainnya, maka dengan silaturahmi akan terjadi memaafkan dan meminta maaf agar urusan dunia dapat selesai, karena jika urusan dunia dengan sesama manusia belum selesai dan meninggal dunia Si Fulan, akan menjadi kendala pertanggungjawaban di akherat kelak, bahkan seorang hamba dapat menjadi Muflish (bangkrut) dihadapan Alloh SWT karena ada urusan dengan manusia yang belum selesai. Jika kita sebagai hamba mempunyai dosa kepada yang Sang Pencipta cukup ber-istighfar, taubat dan ibadah dengan baik teruma Shalat. Akhirnya sebuah kehidupan itu harus seimbang (balance), dalam arti bangun kebaikan antar sesama selama kita hidup di dunia (Habluminannas) kemudian ber-ibadah kepada Alloh SWT dengan baik sebab kita sebagai hamba tidak ada daya apapun tanpa pertolongan-Nya (Hablumminalloh). TIM Humas Polkesjadu.